Mengenal lebih dekat dengan para warga baduy di Desa Kanekes, rasanya kami betah karena ikut bermalam langsung di serambi rumah mereka. Keramahan mereka menyambut kami di saat kami datang dan mengantarkan ke kantor kepala Desa Kanekes serta menuju rumah Jaro (sebutan Kepala Desa yang ditetapkan oleh lembaga adat baduy), untuk Desa Kanekes saat ini dipimpin oleh Jaro Saija.

Perjalanan masuk menuju daerah baduy Desa Kanekes bagi kami sangat mengesankan, umumnya daerah luar di sekitaran perbatasan antar kabupaten, desa ini sudah terfasilitasi terminal kecil untuk parkir kendaraan roda 4 di lokasi baduy luar dan ada beberapa warung makan dan kios menjual produk kerajinan dan tenun baduy, kami justru membayangkan lebih asyik lagi kalau beli langsung dan berinteraksi dengan orang-orang baduy yang memproduksinya, satu yang menjadi unggulan dan brand asli baduy adalah kain tenun mereka memakai pewarna organik.

Membahas sebuah produk organik, memang tidak akan habis perdebatannya, baik sisi proses atau konsep, dari sudut mana cara kita menilai dan membicarakannya. Justru di baduy inilah kita bisa melihat sebuah penerapan organik yang baik dalam aturan adat, menjadi akar budaya kuat sampai saat ini untuk kelangsungan kehidupan dan alam mereka.

Bibit padi lokal yang turun menurun di wariskan dan di jaga oleh para sesepuh adat, adalah bentuk sebuah prinsip dan tata cara yang harus selalu mereka jaga untuk menjunjung dan menghormati adat yang mereka bangun. bibit padi dan produk nasinya pasti dijamin organik, karena dalam proses menanam dan merawat sampai panen, hukum adat tidak mengijinkan ada bentuk atau zat kimia untuk digunakan dalam memanam padi, apalagi memakai, di bolehkan masuk wilayah masuk batas adat saja tidak boleh. Konsekuensi inilah yang secara nyata kami melihat hasilnya, dari sumber bahan untuk pemenuhan pangan warga baduy yang terjaga dengan aturan adat menghasilkan badan dan fisik yang baik serta sehat. Kita kadang kala selalu menarik kesimpulan menurut analisa kehidupan kita di kota, tapi justru prinsip dan cara pandang masyarakat baduy untuk mempertahankan peradabannya jauh lebih bagus di luar perkiraan kita.

Endah (Wahid Foundation) Sedang Memperlihatkan Foto Hasil Hunting di Baduy

Keramahtamahan Suku Baduy Dalam Yang Selalu Mendampingi Tamu-tamunya Kemanapun Sampai Pulang

Interaksi Tamu (Endah-Wahid Foundation) dan Salah Satu Warga Adat baduy Dalam

Mereka berdaya dan memberdayakan potensi di wilayahkan, dengan pengalaman dan warisan pengetahuan, mereka telah menjalankan pola-pola ketahanan pangan untuk keberlangsungan keluarganya, baik menyimpan dan memakai bahan-bahan pangan tersebut, yang saat ini sangat berbeda terbalik dengan masyarakat desa umumnya yang bermata pencaharian petani, walau sama-sama seprofesi, tapi perilaku dan sikap, jauh berbeda dalam menjaga dan menghormati alam yang telah memberikan hasil-hasil kehidupan. Saat ini alam dan wilayah, kebanyakan masyarakat memandangnya itu jadi tugas negara atau pemerintahannya, tapi pada hakekat yang sebenarnya justru masyarakat yang ada di dalamnya yang utama menjaga. 

Negara atau pemerintah desa adalah alat yang dibentuk untuk mengatur dan diatur bersama-sama, untuk kepentingan dan kemajuan bersama, tapi kadangkala, sifat manusia yang mengikuti ego dan kepentingan diri mengubah prinsip keselarasan antara manusia dan alam. Dalam senyum perpisahan kita bersama warga baduy semua, tertanam rasa cinta kepada keragaman dan keunikan yang ada di baduy, terimakasih telah di ajak berinteraksi dan ikut merasakan 2 (dua) hari di wilayah Desa Kanekes, selamat kepada Jaro Saida, atas kelahiran putri ke-5 nya (sabtu/5/11) selalu sehat dan sukses bersama seluruh warganya.

Dodiet (Kepala Desa Wlahar Wetan Kec. Kalibagor Kab. Banyumas) Sharing Bersama Peserta Workshop Peranan BUMDes dalam Pengelolaan Aset Desa Adat dan Wisata