Wlahar Wetan – Sebuah praktek-praktek teknologi dari masa lalu yang sudah terlupakan kini sedang digali kembali. Formulasi berbagai penyubur tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme lokal akan menjadi harapan besar menuju pertanian ramah lingkungan dan kemandirian petani agar bebas dari ketergantungan pupuk dan obat-obatan kimiawi.
3 bulan terakhir, 35 petani Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sedang berpraktek membuat dan menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan komposisi untuk menjaga kesuburan sawah mereka, mengurangi menggunakan pupuk pabrik atau obatan-obatan kimia.
Gono (Ketua Kelompok) menuturkan, para anggotanya mulai mempelajari MOL dan kompos yang diterapkan dalam metode pertanian System of Rice Intensification (SRI) Desember 2016 melalui pelatihan dan praktek yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Wlahar Wetan. Praktek dimulai pada musim tanam awal MT-1 dengan 4 jenis MOL yang dibuat yakni, MOL rebung (tunas bambu), MOL keong (keong mas) yang juga pada awal musim tanam menjadi penganggu di lahan sawah mereka, MOL bonggol pisang, dan MOL buah maja.
Sejak saat itu, para anggota petani tak lagi di pusingkan dengan kelengkapan atau tingginya harga pupuk di pasaran dan juga berbagai obat-obatan kimia dari insektisida atau pestisida. Kini mereka lebih menggunakan bahan-bahan tersebut yang diyakini bahwa larutan cair hasil fermentasi berbagai bahan organik yang sarat dengan Mikroorganisme lokal (makhluk tak kasar mata) fermentasi bahan dari media urine ternak, air cucian beras, air kelapa, larutan gula atau tetes tebu.
Warso, salah satu petani menjelaskan, bahan-bahan itu dicampur menjadi satu dan ditutup rapat minimal selama 7 hari dalam proses anaerob guna membiakkan Mikroorganisme, hasilnya adalah larutan MOL bisa disemprotkan ke tanaman ataupun tanah di sekitar tanaman.