Ratusan petani di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Eka Karya bersiap mengembangkan varietas bibit padi unggul. Mereka ingin berdaya melepaskan diri dari ketergantungan pada produk bibit yang di beli dari luar. Dengan nilai harga bibit padi yang tinggi, penghasilan petani pun akan terdongkrak.

Anggota Poktan Eka Karya Sedang Persiapan Teknis Kegiatan Obvservasi Lapang ke Sukamandi dihadiri oleh Mahasiswa KKN Unsoed Purwokerto
Melihat semangat petani inilah, Pemerintah Desa Wlahar Wetan mengajak seluruh anggota Poktan atau Gapoktan Eka Karya melalui program bidang pemberdayaan kelompok bersumber dari dana desa Tahun Anggaran 2016 ini akan mengangkat kesuksesan petani dari kungkungan keterbatasan dan kemiskinan. Pemerintah Desa Wlahar Wetan optimis di tahun depan mereka akan lebih kuat berkembang dan berdaya setelah sekian lama mengeksplorasi potensi yang mereka miliki. Mereka harus bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada siapa pun dalam mengelola usahataninya melalui kreatifitas dan inovasi yang yang di dukung penuh oleh Pemerintah Desa nantinya.

Kegiatan Program Pemerintah Desa Wlahar Wetan : Persiapan Observasi Lapang Padi Bibit Unggul Kerjasama Balai Benih padi Sukamandi di dukung oleh Bumdes Karya Kusuma Mandiri Wlahar Wetan
Potret petani di desa saat ini belum sepenuhnya berkembang sesuai program dan kebijakan pemerintah. Sudah banyak contoh petani atau kelompok tani belum sepenuhnya berkembang potensi sumberdayanya walau sudah didukung melalui berbagai program bidang pertanian melalui supra desa. Namum mereka belum berhasil melepaskan diri dari ketergantungan pada industri pupuk, pestisida dan sarana produksi lain. Sudah saatnya Pemerintah Desa hadir untuk mendukung mereka dengan memberikan keyakinan dan dorongan bahwa kemandirian merupakan jalan terbaik untuk memperoleh kesuksesan. Mereka harus diajak bersama membuktikan dengan kemandirian nantinya bisa mengelola usahatani dengan lebih baik dan kesejahteraan mereka juga meningkat berlipat-lipat.
Revolusi hijau yang menggandeng input produksi pertanian yang luar biasa besar memang telah membuat petani sebagai pelaku usaha yang bergantung pada banyak pihak lain. Petani yang sebelumnya bisa menanam, memelihara dan memanen tanamannya sendiri “dipaksa” menjadi pelaku usaha yang bergantung pada industri benih, pupuk, pestisida dan produk lain. Petani harus membeli benih padi ketika akan menanam, meskipun mereka sebenarnya memiliki benih lokal sendiri. Petani juga sangat bergantung pada pasokan pupuk kimia produksi pabrik, bahkan mereka bisa protes keras kalau pupuk tidak tersedia di pasar. Yang memprihatinkan, petani jadi sangat bergantung pada pestisida dan obat-obat kimia dalam aktivitas usahataninya. Mereka tidak lagi memperhitungkan aspek lingkungan dan kesehatan konsumen.
Oleh karena itu, sukses petani mandiri yang mampu membalikan kondisi ketergantungan menjadi keberdayaan sudah dipersiapkan oleh Pemerintah Desa Wlahar Wetan sesuai dengan Visi-Misi RPJMDesa. Demikian juga dalam pemasaran, ketika petani bisa melepaskan diri dari jeratan pedagang yang cenderung monopolis maka mereka akan memperoleh harga jual yang lebih baik nantinya melalui dukungan penuh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Kusuma Mandiri.
Artinya, saat ini yang dibutuhkan adalah keberanian secara kolektif di kalangan petani untuk melepaskan diri dari belenggu ketergantungan. Harus ada semangat untuk mandiri dengan melepaskan ketergantungan pada pihak lain. Memang hal ini tidak bisa dilakukan seketika karena dibutuhkan proses untuk menumbuhkan keyakinan sekaligus mempersiapkan banyak hal teknis. Namun yang pasti, banyak petani sudah membuktikan, dengan mandiri mereka bisa lebih berdaya.
maju terus petani wlahar wetan.
Maturnuwun dukungannya Pak Dika
ayoo terus kembangkan produksi pertaniannya, biar masyarakatnya makmur
Siap, mohon doa restunya
Semoga sukses. 🙂
Terimakasih dukungannya kang supri